Sabtu, 06 Agustus 2011

BICARA TENTANG KESETIAAN ARMAN

BICARA TENTANG Kesetiaan Arman
                                                                                                            By: Zrie D

Renjani,
Renjani masih fokus menatap layar komputer kerjanya, Tanganya sibuk menekuri tuts2 keyboard.  Sesekali dia membetulkan letak kaca mata minusnya yang kadang terasa mengganggu. Laporan ini harus selesai hari ini begitulah tekadnya. Ah.. dia jadi tersenyum sendiri kalau mengingat besok adalah Sabtu, weekend yang sudah lama dia tungggu. Dalam otak gadis itu sudah tersusun banyak rencana untuk menghabiskan akhir pekan ini. Arman pasti senang, Menikmati sunset di pantai, Jalan2 berdua, nonton bioskop atau dinner bersama di kafe biasanya. Ini sebagai kejutan buat Arman untuk menebus minggu kemarin yang terlewatkan bersama senyum kecut Arman karena Renjani lebih memilih pekerjaan daripada jalan berdua dengan kekasihnya itu.  Betapa sedihnya melihat ekspresi kecewa Arman saat laki2 itu bermaksud menjemputnya minggu kemarin, betapa  merasa bersalah karena Arman hanya berucap “ya sudah, aku pamit” dengan dua lembar tiket bioskop yang di letakkan begitu saja di atas meja teras rumahnya. Renjani menatap kepergian Arman dengan perasaan terluka. “Maaf”’ bibir Renjani berucap lirih saat sepeda motor Arman berlalu dari halaman rumah. Renjani sadar-sesadarnya bahwa memang waktunya akhir-akhir ini sangat sedikit untuk Arman. Lemburlah, lagi bareng teman lah. Ini tidak adil. Arman kekasihnya, calon suaminya, egois sekali menempatkan Arman selalu di nomer dua. Ah, bukan. Bukan nomor dua, di sudut hati Renjani yang paling dalam, Arman adalah segalanya untuk Renjani. Baginya tidak ada laki-laki lain yang dia rindukan selain Arman, Tidak ada laki2 lain yang dia ingat lalu mengundang senyum selain Arman. Tidak ada laki-laki lain yang membuat dia berpikir untuk menghabiskan hidup bersama selain dengan Arman. Tapi sikapnya selama ini malah selalu menempatkan laki-laki itu sering di prioritas ke dua. Perhatian yang kurang, sering menolak ajakan jalan.
“laki-laki itu sama, haus perhatian. Kalau ada perhatian lain yang lebih, langsung deh berpaling”
“Seperti kucing ya mbak, mudah tergoda oleh ikan tetangga”
“laki-laki kan bukan kucing”
“ Tapi karakternya sama seperti kucing”

Renjani ingat celotehan teman-teman kantornya  di kantin saat jam makan siang. Waktu itu dia hanya tersenyum. Arman nya tidak seperti itu. Arman bukan tipe Don Juan yang suka mengobral cinta.  lima tahun hubungan bukan waktu yang sedikit untuk mempertanyakan kesetiaan pria itu.
 “Aku juga dulu begitu percaya pada suamiku, Jani. Dia tidak mungkin selingkuh dengan wanita lain. Tapi semenjak, aku sibuk ngurus bisnis pakaianku yang makin ramai, perhatian ku pun pada nya berkurang. Mas Anto jadi lain. sering makan di luar. Dia jarang pulang ke rumah,. Tidak tahunya dia punya pacar baru”
Waktu itu Mbak Sinta curhat dengan sesenggukan di hadapan Renjani.
“Di luar sana tuh banyak yang bening-bening Jani. Cowok di tinggal meleng dikit, langsung kabur ke pelukan cewek lain” Kata Rina lebih ekstrim lagi
 Ya, semua hal itu memang sering terjadi dalam kenyataan, kadang rasa itu pula mengusik sisi kepercayaanya pada Arman, apakah Arman akan sama seperti mas Anto yang akan berpaling pada wanita lain karena kurang perhatian dari mbak Sinta, Apakah Arman  sama seperti pacar Rina yang doyan selingkuh itu.
 Tapi lagi-lagi Renjani selalu menepis pikiran buruk itu. Bukankah modal suatu hubungan agar langgeng adalah kepercayaan. Laki-laki bukan barang yang harus di jaga 24 jam agar tidak hilang. Mereka, termasuk Arman adalah manusia yang punya hati punya otak, bisa marah, bila kebebasanya terusik.
Tidak ada yang perlu di takutkan, Renjani percaya Armannya masih arman yang dulu, yang cintanya hanya satu untuk Renjani. Dan weekend besok adalah awal untuk menebus semua waktunya yang kurang untuk Arman. Mulai sekarang Renjani bertekad akan lebih memberikan perhatian yang lebih untuk kekasihnya itu.

Arman,
Arman menghempaskan tubuh letihnya ke kursi, Ruangan kerjanya sudah sepi. Teman-temanya sudah pulang. Tinggal dia masih menekuri tumpukan kertas-kertas laporan dan segala tetek bengek permasalahanya. Masih terlalu pagi untuk berpulang pada sepi. Lagipula dia sedang tidak ada acara atau janji dengan siapapun. Persetan dengan malam Minggu, toh Renjani malam ini pasti sedang sibuk dengan segala kegiatanya yang seabreg itu. Ngelesin adik-adiknya lah, banyak kerjaan yang dibawa pulang ke rumahlah, Lagi bareng temen-temenya aktivisnya lah dan lain-lain yang akhir-akhir ini sering membuat Arman jengah. lalu Kapan waktu untukku, kekasihnya, calon sumainya? Sering dia menanyakan kredibilitas Renjani sebagai istri nanti. Ah, tapi Renjani itu kurang apa, dia wanita yang baik hatinya, pinter masak, pengertian, berpikiran dewasa, tidak posesif, dan mandiri. Nah nah ini dia masalahnya. Renjani terlalu mandiri. Dengan Renjani Arman sering merasa tidak di butuhkan sebagai seorang laki-laki, kekasih yang harusnya melindungi. karena renjani tidak butuh dilindungi. Dia, Renjani selalu melakukan apapun sendiri tanpa mengeluh. Bersama Renjani Arman hanya merasa seperti pelengkap saja. Pekerjaan mapan, teman, dan kepopuleran. Renjani punya semua itu. Sering saat dia jalan atau reuni bersama teman-tamanya Arman hanya merasa sebagai kambing congek. Karena Renjani lebih populer dari dirinya. Renjani yang baik, renjani yang ramah, renjani yang pintar, renjani yang di sukai banyak orang. Harga dirinya, egonya sebagai laki-laki terlukai dengan semua kepunyaan Renjani itu. Tapi bukan salah Renjani kalau dia memiliki semua itu. Arman sadar Mungkin dia yang terlalu berlebihan mengambil hati. Seperti yang Arman tau, Renjani begitu pengertian. Kapan renjani pernah mengeluh saat Arman mengajaknya menemani futsal dan menungguinya berjam-jam, pahahal Arman tau persis Renjani tidak suka dengan suasana futsal yang penuh dengan teman-teman arman yang sering resek itu, yang heboh itu. Tapi Renjani tidak pernah cemberut setidaknya di hadapan teman-temanya. Renjani tidak pernah marah seandainya dia telat janjian. Renjani hanya akan tersenyum, dan dengan begitu pengertian dia bertanya alasanya. Renjani yang tidak malu di ajak makan di pinggir jalan.
Tapi Arman tidak bisa tidak terluka saat waktu renjani hanya menyisakan dia di prioritas yang ke sekian dari semua urusanya. Oke itu memang tidak selalu. Tapi akhir-akhir ini sering. Aku manusia, aku laki-laki. Butuh perhatian dari kekasihnya. Ego arman sering berteriak-teriak saat Renjani berucap “Maaf, sayang aku lagi banyak kerjaan” Dan Arman hanya bisa tersenyum kecut menerima kata-kata ampuh ‘maaf’ itu.
Arman hendak meneruskan pekerjaanya ketika ponselnya berbunyi. Sebuah sms masuk di inbox messagenya.


From: Dewi
08138889xxx
Mas, aku di kafe biasanya.. bisa ke sini ga? :)
18.35
Arman menyandarkan punggungnya ke kursi. Dewi.. Perempuan manis itu, yang lembut itu, yang sering mengelus emosi Arman saat kesal dengan Renjani. Dengan Dewi Arman merasa lebih di butuhkan. Dewi tipe perempuan rapuh, seperti hiasan kaca yang indah tapi mudah pecah, mengundang naluri setiap lelaki untuk melindunginya. Ah, tapi ini salah Arman, ini namanya selingkuh. Kamu menyakiti hati Renjani. Melukai kepercayaan gadis itu selama hampir 5 tahun. Tapi Apa Renjani peduli, mungkin saat ini dia sedang asyik dengan keyboard dan layar kompternya, atau sedang bersama teman-temanya yang katanya aktivis lingkungan itu.
Persetan dengan bisik suci itu. Arman mematikan komputernya, meraih jaket dan tas kerjanya. Tujuanya pasti. Dewi.

Kafe  19.25
Renjani tersenyum saat tiba di Kafe. Sudah lama rasanya tidak ke sini bersama Arman. Di sini dulu pertama kali Arman menyatakan cinta dengan bunga yang dia ambil dari vas meja. Renjani kembali tersenyum mengingat kejadian itu. Di kafe ini banyak sekali momen indah bersama Arman. Dan kali ini kejutan untuk Arman. Dia akan sms Arman kalau sekarang dia ada di kafe, menunggu kedatangan kekasihnya. Bergegas Renjani masuk ke Kafe.
Dan ternyata bukan Arman yang di beri kejutan olehnya, tapi… dirinya yang di beri kejutan oleh laki-laki itu. Ya Arman. Dia sedang duduk berhadap-hadapan dengan seorang gadis cantik. Jelas terlihat bahwa mereka sedang bercengkrama di sana. Arman yang tersenyum, Arman yang terlihat bahagia. Bahkan Renjani sudah lupa kapan wajah arman terlihat sebahagia itu saat bersama dirinya.
Ada perih yang teramat perih tiba-tiba merayapi hari Renjani. Armannya yang sangat dia percaya, Armannya yang sangat dia puja ternyata telah menghianati sumpah setia mereka. Remuk redam perasaan Renjani. Entah harus dengan apa rasa sakit ini di lukiskan. Arman tidak lebih dari suaminya Mbak Sinta, pacarnya Rina yang selingkuh itu.. atau laki-laki memang semuanya sama…. Mudah berpaling..
Arman sedang tertawa mendengar cerita lucu dari bibir cantik Dewi. Ketika tanpa sadar dia menoleh ke arah pintu masuk kafe. Wajahnya langsung memucat.. Renjani. Matanya tertumbuk pada sosok yang amat sangat dia kenal itu. Renjani di sana dengan sorot mata terluka. Spontan Arman berdiri. Tapi Renjani buru-buru berpaling dan bergegas pergi ketika sadar Arman melihat dirinya. Tanpa pikir panjang Arman mengejar kekasihnya. Persetan dengan teriakan Dewi yang memanggil-manggilnya. Kalaupun seisi kota ini kena gempa dia tidak akan berhenti mengejar Renjani, Dia harus menjelaskan semuanya pada Renjani. Kalau perlu dia akan berlutut dan mengemis maaf pada orang yang sangat dia cintai itu. Cih, cinta. berani-beraninya kamu mengklaim begitu cinta pada Renjani tapi dengan sadar kamu terlah menyakiti hatinya. Suara itu membahana di otak Arman saat ini.    
Arman menarik lengan Renjani.
“Jani berhenti, dengarkan aku”
Renjani berhenti dan menoleh. Saat melihat mata basah gadis itu, Arman begitu terluka.
“Sejak kapan?” Bibir Jani bergetar saat mencucapkan pertanyaan itu
Arman cuma diam. Dia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Yang ada hanya segunung penyesalan telah menorehkan luka di hati Renjani. Belahan jiwanya, gadis yang dia minta untuk menjadi istrinya.
“Tadinya aku berpikir, aku ingin memperbaiki waktuku yang selama ini sedikit untukmu, aku ingin memberikan kejutan dengan dinner bareng berdua di kafe kenangan kita. Ternyata aku salah. Sudah ada gadis lain yang menemanimu, bahkan mungkin sudah menggantikan namaku di hatimu” kata Renjani lagi
Perasaan bersalah semakin mengaduk-aduk hati Arman. Oh.. Renjani.
“Aku tahu. Aku salah.. Di piki-pikir aku memang tidak pantas buat kamu. Kamu begitu sempurna tanpa harus memiliki orang lain di sisimu. Sering aku merasa tidak di butuhkan dalam hidupmu. Aku Cuma pelengkap yang tidak banyak berarti sekalipun aku tidak ada. Aku frustasi dengan semua itu, apalagi saat waktumu tidak banyak lagi untukku. Egoku terluka dengan semua kecermelanganmu” kata Arman kemudian
“Dan malam ini aku baru sadar. Aku Cuma seorang pecundang di hadapanmu..”
Arman tersenyum pahit, toh sudah ga perlu lagi di tutup-tutupi dari Renjani sekarang.
Sontak batin Renjani terasa lebih terluka. Inikah alasan Arman selingkuh. Ternyata Arman tidak nyaman denganya selama ini. Duh.. Gusti.. salah siapa ini.
“Mungkin aku perlu berpikir ulang tentang hubungan kita”  kata Renjani sambil mengusap air matanya.
“Aku mengerti..” Jawab Arman getir.
Perlahan-lahan Renjani berlalu meninggalkan arman yang masih berdiri di trotoar jalan. Arman hanya bisa memandangi punggung Renjani yang kian menjauh tanpa tahu harus menghentikanya lagi atau tidak. Arman sadar kesalahanya begitu fatal. Bahkan dia tidak yakin Renjani akan memaafkanya nanti. Tapi membayangkan berpisah dengan Renjani, melalui hari-hari tanpa cinta Renjani apakah dia mampu.. Cintanya masih begitu dalam untuk renjani, cintanya masih untuk Renjani seorang. Salahkah dirinya yang terlalu mendengarkan ego sehingga terjadi seperti ini..
Renjani menggigit bibir bawahnya. Sekuat tenaga dia menahan agar air matanya tidak jatuh terus-terusan. Luka yang begitu luka terasa perih di hati Renjani. Arman begitu tega. Ah, bukankah yang membuat Arman berpaling adalah dirinya. Secara tidak sadar Renjani telah melukai ego laki-laki itu. Kenapa Renjani baru tau, kenapa renjani baru menyadari sekarang. Ah, seandainya dirinya lebih perhatian, seandainya dia tidak egois dengan sering menempatakan Arman di urutan ke dua dari segala aktivitasnya..
“Sekali selingkuh, tidak menutup kemungkinan dia akan mengulang kesalahan yang sama nantinya Renjani”
“Setiap orang pernah khilaf Jani, Apa kamu sendiri juga merasa suci? Kamu masih mencintai Arman kan. Hatimu masih untuk Arman kan? Kejar cintamu Renjani. Jangan biarkan cintamu lepas ke pelukan orang lain”
Suara-suara hitam dan putih itu riuh rendah memenuhi kepala Renjani.
Spontan Renjani berbalik, dia menuruti kata hatinya. Kembali pada Arman.
Arman hampir putus asa, dan memutuskan hendak pergi ketika Di lihatnya Renjani berbalik, berlari ke arahnya. Ada kegembiraan yang membuncah memenuhi rongga dada Arman. Senyumnya mengembang. Renjaninya kembali. Cintanya kembali.
“Maafkan aku sayang. Maaf. Aku janji mulai sekarang aku akan belajar lebih memahamimu, belajar lebih mengertimu. Jangan pergi dariku” kata Arman sambil memeluk Renjani erat-erat. Ada genangan basah di sudut matanya.
“aku juga minta maaf , kurang memperhatikanmu, sering mengacuhkanmu..” Renjani berkata lirih
“sstttt… itu tidak penting lagi sekarang” Arman menciumi puncak kepala Renjani dlm dekapanya.

THE END 

Kamis, 28 Juli 2011

Princess Di kos-kosan Depan Warnetku


Princess di Kos-kosan Depan Warnetku

                                                                                                                        By: Srie

Perfect Princess. Judge minded itu langsung aku voniskan pada Gadis cantik berjilbab biru yang nge kos di depan warnet tempat kerjaku.  Wajahnya begitu teduh dan cantik. Sikapnya yang santun, tutur bahasanya yang lembut. Pokoknya moralnya sesuai dasa darma pramuka, Garis-garis besar haluan Negara dan berlandaskan Pancasila serta Undang-undang dasar empat lima, tiada cela. Parfait, sempurna kalau kata orang Perancis sana. Senyumnya yang menawan selalu membuat hatiku kebat-kebit ketika tanpa sengaja bertatap muka denganya. Duch…Tipe gadis yang pantas di bawa ke rumah dan dikenalin sama bapak ibuku yang begitu menjunjung tinggi norma-norma agama. Sering aku berkata dalam hati “Ini loh Mak.. menantu idamanmu” lalu aku senyam-senyum sendiri. Gila kali hehehe..Aku tidak bisa berhenti memikirkan dia. Dia itu tipe Gue banget. Seluruh resolusi cintaku adalah dia, my Perfect Princess.
“Gue juga mau mas yang tipe kayak dia. Limited edition, langka. Udah cantik, baik, pinter, soleha byuh.. byuh… kurang apa coba”
Celetuk temanku saat melihat dia.
“Limited edition, loe kira mobil”
Sahutku asal, tapi dalam hati bangga. Ternyata pilihan hatiku benar-benar ga salah. She is my Aisyah..
My Aisyah, ngimpi kali. Coba liat diriku ini. Cuma teknisi komputer dengan gaji tidak menentu, tergantung pendapatan warnet, turun naik kayak harga sembako di pasaran. Udah tampang dekil, jauh dari tampang ustadz Jefry al buchory yang ganteng itu, apalagi di bandingin sama dari Brad Pitt. Jauh bangettttttttttt. Dengan semua alasan yang menyakitkan ini aku sudah minder duluan untuk mendekati dia. Dia begitu ah.. sempurna. Cantik, semampai, solehah, mahasiswa Sastra Inggris di universitas yang kredibel, berlabel PTN. Perguruan Tinggi Negeri yang tau sendiri reputasi otak mahasiswanya di akui sebagai kumpulan orang-orang smart.
Jauh banget perbedaanku dengan dia, bagaikan langit dan bumi. Pungguk merindukan bulan.  Ibarat berdiri di depan toko barang-barang mewah. Belum masuk, barang-barang itu sudah mengejekku duluan.
“Mau beli barang branded?, ngaca dulu deh”
Fyuh.. capek ati jadinya. Ungu banget. Cinta dalam hati.
Aku bisanya ya cuma memandangi wajahnya yang halus, teduh itu secara diam-diam. Secret admirer. Aku menyebutnya seperti itu. Yah biar keren dikit impor bahasa dari negerinya Pangeran William.
Sesekali sang princess mampir ke warnetku, bikin tugas kuliah lah, ngetik inilah, nyari bahan paper lah. Dan beruntungnya, aku yang selalu di cari oleh dia. Aku yang selalu di mintai bantuan oleh dia. Bikin hatiku kembang seperti balon yang di tiup. Euforia saking girang plus bangga. Hahaha
“Mas cariin bahan untuk tugas makalahku donk”
Sang princess memamerkan senyumnya yang aduhai..mak aku terpesona. Mulanya aku gelagapan. Tapi langsung berusaha menguasai diri. Aje gile Cuma mendengar suara merdunya, melihat senyum manisnya denyut jantungku sudah berdetak dua kali lebih cepat dari normal.
“Eh iya, boleh” Kataku berusaha kalem. Jaim. Padahal dalam hati, aku berkata Anything for you my princess.
Lalu dengan sok ahlinya aku menjelaskan ini itu tentang situs-situs yang perlu di kunjungi untuk mencari bahan tugasnya. Aku bicara panjang lebar tentang download, tentang PDF, tentang software antivirus, tentang internet, seolah-olah aku ini pakarnya. Sikapku mendadak berubah jadi Innocent di hadapanya. Gini nich penyakit cinta. Bikin orang jadi gila. Tapi biarlah gila.. karena cinta memang gila.
Suatu hari aku pernah diminta datang ke tempat kosnya. Bagai kesetrum aku menerima undangan itu. What?!! She wants me to go to her room. Aku sampai mencubit lenganku untuk memastikan this is real. I’m not dreaming.
Tanpa banyak ini itu aku bergegas ke rumah kos cewek depan warnetku. Ku temukan sekumpulan mahasiswi yang ngekos di situ sedang bercanda  di depan rumah. Aku basa-basi menyapa mereka.
“Sudah di tunggu di dalam mas” kata seorang dari mereka
Hah.. sudah di tunggu di dalam katanya. Kira-kira mau ngapain ya dia sampai mengundangku masuk ke kamarnya. Hatiku deg-degan, keringatku panas dingin ga karuan.
“Eh, mas sudah datang”
Begitu melihatku sang princess tersenyum ramah. Jilbab biru, dan gamis motif bunga-bunga yang dia kenakan menjadikan dia begitu cantik sore ini. Oh Aisyah impianku.. Aku seperti meleleh di hadapanya.
“Masuk mas, saya mau minta tolong. Maaf lho.. ngrepotin terus”
Aku Cuma tersenyum, dalam senyumku itu kira-kira artinya seperti ini, seandainya kamu minta Taj Mahalpun akan ku bangunkan untukmu princessku.
Aku bingung karena dia masuk ke kamar dan mengisyaratkan padaku untuk mengikutinya. Gundah gulana, hatiku berteriak-teriak
“Kita bukan muhrim princess, di larang berduaan di dalam kamar”
Pasalnya aku memang laki-laki normal siapa sich yang ga mau berduaan di dalam kamar, tapi masa kecilku juga full dengan wejangan-wejangan ayah dan ibu tentang nilai-nilai agama, bagaimana menjadi lelaki yang baik. Tapi  toh suara itu Cuma numpang lewat di hempas angin lalu.
Aku melangkah ke dalam kamar dengan gugup.  Sesampainya di dalam, princess sudah menyambutku dengan senyum yang lebar.
“Ini loh mas, Komputerku trobel, tolong di cek  ya..”
Aku melongo..
***

Sudah berhari-hari ini aku tidak enak makan, tidak enak tidur, tidak semangat kerja. Ini lantaran sudah berhari-hari pula aku tidak melihat princess. Biasanya tiap sore dia pulang kuliah aku melihatnya melintas di depan warnet. Ya iyalah orang warnetku di depan kosnya dia hehe.
Hatiku langsung adem setiap melihat wajahnya yang teduh, matanya yang bening, senyum yang dia lempar saat melihatku sekilas ke dalam warnet, duh.. Aku merindukan semua itu.. Kata teman-teman kosnya dia sedang mudik ke kampung halamanya. Liburan semester.
Hidup tanpa melihatnya bagaikan makan tanpa minum, seret. Anyep, hambar. Itu yang aku rasakan. Ah cinta memang misterius. Kadang begitu membahagiakan, tapi kadang juga begitu menyakitkan.
“My beautiful princess what are you  doing now? Don’t you see I miss u so much!!”
Seandainya berteriak di dalam warnet seperti itu di halalkan dan tidak mendapat cap ‘Orang Gila’ dari pengunjung warnet, aku pasti akan melakukanya. Dadaku penuh sesak oleh cinta. Cinta pada princess. Lebay hehe.. tapi biarlah lebay.., cinta memang bikin orang jadi lebay.
Lalu suatu hari aku bertemu princess di depan kos-kosan. Dia sudah pulang dari mudiknya. Wajahnya terlihat begitu ceria. Bibirnya yang indah itu langsung membentuk senyum ketika dia melihatku. Akupun membalas senyum. Duh.. Gusti aku seperti melayang ke langit ke tujuh saking bahagianya. Aku benar-benar terharu dengan perasaanku. Dalam hati aku berdoa
“Semoga kamu adalah jodohku nanti princess”
Tapi senyumku yang tadinya mengembang kini memudar, saat ku lihat seorang pria dengan sepeda motor bebek menghampiri princess. Dan princesspun menyambut pria itu dengan senyum yang begitu ramah, matanya yang bening berbinar. Hatiku serasa mendidih. Cemburu.
Tanpa canggung princess lansung duduk di boncengan belakang si pria. Princess dan pria itupun berlalu dari hadapanku dengan sepeda motor bebeknya. Sempat ku lihat senyum kemenangan di bibir pria itu ketika dia tersenyum sekilas padaku seolah senyumnya berkata, sudah tahu barang limited edition yang branded kayak gini kok di biarkan begitu lama. Siapa cepat, dia dapat.
“Itu calon suaminya dia mas” ujar seorang mahasiswi temanya princess ketika melihatku masih terheran memandangi kepergian princess dan pria menyebalkan itu.
Aku sempat shock dalam hati. Ini bukan soal patah hati saja. Pasalnya aku akan sangat rela kalau princess mendapatkan calon suami yang layak, setidaknya lebih gantengan dari aku lah. Lha ini sama jeleknya dengan aku, sama dekilnya. Tau gitu tadinya aku lamar duluan. Nasib-nasib..
THE END

Coretan Pertama

Ingin belajar menulis :)